Footnote

Everyday I Love You

Meutia Rahmah
Meutia Rahmah

Tanpa terasa sudah di penghujung tahun dalam hitungan hari lembaran akan berganti dengan tahun yang baru, hari-hari yang dijalani walaupun masih sama tetap dimulai dari senin sampai minggu tapi segala aktifitas boleh saja berbeda, segala harapan yang ingin diwujudkan tentu bertambah banyak.

Semoga saja tahun depan lebih membawa berkah walaupun sebenarnya tahun ini juga begitu banyak keberkahan yang Allah berikan, tinggal bagaimana rasa bersyukur selalu hadir dalam keberkahan itu.

Melihat kalender di meja kerja rasanya saya tidak ingin melewatkan setiap tanggal yang tersisa diakhir tahun ini, baru tersadar ternyata besok tanggal 22 adalah hari ibu, sosok ibu begitu sangat berarti dalam hidup saya, semenjak tamat SD sampai bekerja bisa dihitung berapa lama saya menghabiskan waktu dengannya.

Dua hari yang lalu beliau menelpon saya, setelah salat magrib handphone berdering ternyata panggilan dari no adik laki-laki saya, setiap menelpon beliau selalu menggunakan Hp si adik, sebenarnya sudah dibujuk dibelikan Hp baru yang khusus untuk beliau tapi alasannya tidak usah saja, ya sudah akhirnya setiap saya menghubungi beliau selalu melalui hp ayah ataupun adik-adik.

Malam itu seperti biasa beliau menelpon menanyakan kapan saya pulang ke rumah?, maklum saja saya anak kosan dan bekerja jauh dari rumah, akhirnya saya memilih untuk mengontrak sebuah rumah sederhana yang tidak jauh dari tempat kerja.Ya Rabb, ternyata setelah lebaran Idul adha kemarin saya belum pernah pulang ke rumah.

Memang beberapa kali suruyud memperingatkan saya agar menyempatkan pulang ke rumah untuk menjenguk keluarga terutama ibu, ya beberapa minggu yang lalu selalu saja disibukkan dengan kerjaan hingga hari libur pun harus mengerjakan pekerjaan, pertanyaan Mak ditelpon membuat saya terdiam sampai Mak berulang kali memanggil, Mak mengira telpon putus padahal saya merasa bersalah.

Jadi kapan pulang?, “Insyaallah Rabu”, saya merasa lega karena hari kamis, jum’at dan seterusnya long weekend artinya saya bisa lama di rumah, Mak berharap saya pulang karena hari kamis ada acara maulid, tradisinya biasa kalau menyambut maulid ada semacam kenduri atau disebut khauri dalam bahasa Aceh.

Nada suara Mak begitu bahagia saat saya mengatakan akan pulang, biasanya saya suka menanyakan kepada Mak pingin dibawakan apa kalau saya pulang, tapi Mak tidak menginginkan apa-apa selain anaknya bisa pulang.

Entahlah mungkin saya jarang sekali di rumah dan hidup menjadi anak rantau hingga kini, kebiasaan hidup mandiri sejak dulu membuat Mak tidak segan melepas saya untuk tinggal jauh dari keluarga, hanya saja Mak khawatir saya gampang jatuh sakit karena saya tidak bisa lelah.

Jika beberapa hari saja saya tidak menelpon maka Mak khawatir apa saya sedang sakit, saat saya pulang ke rumah dan akan balik ke kontrakan Mak selalu menyiapkan bekal untuk saya. Ya sudah setua ini tapi Mak masih memperlakukan saya seperti putri kecilnya dulu.

Begitu besar cintanya kepada saya, kebahagiaannya sebenarnya sangat sederhana dan belum bisa saya wujudkan di tahun ini, mudah-mudahan Allah panjangkan umur Mak dan saya bisa segera mewujudkannya, meskipun didalam hati saya selalu mengaminkan apa yang menjadi harapan Mak.

Hal yang paling saya ingat adalah kata-kata Mak yang tidak pernah mengharapkan hadiah atau barang apapun dari anak-anaknya, yang Mak hanya ingin melihat anak-anaknya bahagia dan saling menyayangi.

Mak, tanpa 22 Desember pun bagi anakmu adalah hari Ibu, setiap hari kami selalu mencintaimu sepenuh hati, maafkan kami yang belum bisa membahagiakanmu sepenuhnya, hanya do’a yang terpanjat semoga Allah berikan keberkahan umur dan kesehatan untukmu. EVERY DAY I LOVE U, insyaallah saya akan pulang.

Aceh, Catatan menjelang tidur.

Banner Blog Competiotion 320x160
ibu
keluarga

© 2024 Meutia Rahmah All Rights Reserved